Otomatisasi pengisian
tandon air membutuhkan sensor yang dapat mendeteksi tingkat ketinggian air
dalam tandon.Sebenarnya mendeteksi level ketinggian air secara elektronik
bukanlah hal yang sulit. Kita bisa menggunakan transistor atau opamp untuk mendeteksi
ada-tidaknya air yang menyentuh sensor. Tapi secara fisik, boleh jadi tidak
mudah.
Mengapa?
Ingat percobaan fisika SMA? Nah, kalau dua batang logam
dihubungkan ke sumber tegangan plus dan minus, kemudian dicemplungkan ke air,
maka yang terjadi adalah proses elektrolisa. Yang perlu diketahui adalah bahwa
proses ini mengakibatkan terjadinya korosi dan pengerakan pada
elektroda sensor, oleh karenanya perlu
dilakukan perawatan secara berkala untuk mencegah terjadinya kesalahan
pendeteksian. Selain itu, penggunaan jenis logam untuk elektroda serta
pengkondisian pH air juga perlu dilakukan.
Karena proses
elektrolisa ini pasti terjadi, maka dalam perancangan rangkaian elektronika
serta pengkondisian fisik pada pengimplementasiannya harus dapat meminimalisir
efek negatif dari proses elektrolisa tersebut. Kita mulai dari elektrodanya.
Elektroda yang digunakan haruslah yang anti-korosif. Bisa digunakan baja stainless atau bahkan
yang telah dilapisi chrome. Jangan menggunakan logam-logam seperti galvanis
atau besi. Meskipun demikian, masih diperlukan perawatan berkala, paling lama 1
bulan sekali, untuk menghilangkan kerak-kerak yang terjadi yang dapat
mengurangi konduktivitas elektroda.
Selain itu, yang perlu dilakukan lagi adalah mengontrol pH air. Untuk masalah ini memang tidak murah,
diperlukan sistem pengendali pH untuk mempertahankan pH air menjadi normal.
Tapi, ini cara yang efektif.
Nah, sekarang masuk ke
rangkaian elektroniknya. Rangkaian yang saya gunakan hanyalah sebuah pembagi
tegangan dan sebuah komparator dengan keluaran logika TTL. Simak rangkaian dan
penjelasan berikut ini.
- Vout1 – tegangan keluaran sensorLOWEST.
- Vout2 – tegangan keluaran sensor LOW.
- Vout3 – tegangan keluaran sensorMEDIUM.
- Vout1 – tegangan keluaran sensorHIGH.
Tegangan keluaran yang muncul ketika tangkai sensor tidak
terkena air adalah sekitar 4,9 volt. Akan tetapi ketika tangkai sensor
menyentuh air, nilai Vout turun antara 1-2 volt saja.
Perbedaan tegangan yang cukup jauh inilah yang
digunakan sebagai acuan pendeteksian dengan cara membandingkan
nilai Vout dengan suatu
tegangan referensi yang telah diset sebelumnya.
Gambar di bawah adalah rangkaian pembanding sederhana
menggunakan opamp LM324. Rangkaian ini
sederhana namun telah melewati serangkaian uji-coba dengan hasil yang sangat
memuaskan.
Keluaran rangkaian
pembanding ini dapat langsung digunakan untuk menggerakkan LED atau sebagai
masukan TTL pada mikrokontroler.
Rangkaian ini telah saya implementasikan pada Pengendali Pompa Tandon Air
Pensuplai Boiler dan Pengendali Pompa Tandon Air
Unit Chiller di CV STEGRA Malang dan telah beroperasi selama lebih dari 5
tahun, dengan perawatan sensor 2-3 bulan sekali.
T1 adalah masukan dari rangkaian sensor
diatas, bisa jadi Vout1, Vout2, Vout3, atau Vout4. Pada gambar port keluaran bertuliskan HI untuk sensor ketinggianHI. Ini berlaku sama persis untuk ketiga sensor
lainnya.
Rangkaian pembagi tegangan yang disusun oleh resistor RA1 dan RA2memberikan tegangan pembanding sebesar (10000/14700) * 5 volt = 3,4
Volt. Sehingga masuk dalam
jangkauan keluaran sensor yang berada di kisaran 1-4,8 volt.
Ketika sensor tidak terkena air, Vin(+) > Vin(-), oleh karenanya tegangan keluaran opamp akan berada
di kisaran 3,5-4,5V. Dan ketika sensor terkena air, Vin(+) < Vin(-), maka tegangan keluaran akan drop menjadi 0V.
No comments:
Post a Comment